Sadbor TikTok Menumbuhkan Mentalitas Mengemis Digital?

Fenomena "sadbor" pada platform TikTok semakin viral, menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan pro dan kontra.
Fenomena "sadbor" pada platform TikTok semakin viral, menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan pro dan kontra.

Halo Sobat Masrizky.id, berjumpa lagi ya di blog yang sama, dalam kesempatan kali ini admin akan berbagi informasi terbaru terkait Sadbor TikTok Mengemis Digital?.

Fenomena “sadbor” pada platform TikTok semakin viral, menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan pro dan kontra.

Read More

Sadbor, yang merupakan kependekan dari “sad begging for rewards,” adalah aksi di mana seseorang tampil di live streaming dengan ekspresi murung atau terkesan menyedihkan, meminta hadiah atau dukungan dari para penontonnya.

Praktik ini bukan hanya sekadar mencari popularitas, namun memiliki efek negatif yang perlu diperhatikan, khususnya dalam hal membentuk mentalitas mengemis secara digital.

Mendorong Mentalitas Mengemis Secara Halus

Sadbor mengemas perilaku mengemis dalam format yang berbeda. Dengan menampilkan kesedihan atau kesulitan, konten kreator sadbor berharap menarik simpati dari penonton yang kemudian memberikan hadiah dalam bentuk virtual gifts.

Penggunaan emosi ini berisiko membentuk pola pikir pasif di kalangan pengguna media sosial, khususnya bagi remaja yang rentan meniru apa yang dianggap “populer.”

Alih-alih menumbuhkan pola pikir mandiri dan kreatif, sadbor dapat mengajarkan cara-cara instan untuk mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus berusaha keras.

Menggiring Audiens ke Lingkaran Kebiasaan Mengemis

Sadbor bisa memancing audiens untuk mengulangi kebiasaan memberikan hadiah virtual dalam kondisi yang sebenarnya tidak terlalu memerlukan bantuan. Praktik ini secara tidak langsung mengaburkan batas antara memberikan donasi yang tulus dan sekadar melanggengkan “kebiasaan mengemis.” Ketika ini terus berlangsung, baik kreator maupun penonton berisiko terjebak dalam lingkaran saling tergantung, di mana keduanya merasa mendapatkan manfaat dari pola ini.

Di sisi kreator, semakin banyak hadiah yang didapat, semakin besar motivasi untuk terus melakukan sadbor. Sementara di sisi penonton, ada kepuasan emosional tertentu saat merasa “membantu,” meskipun tujuan pemberian tersebut sebenarnya tidak begitu jelas.

Mempengaruhi Nilai-Nilai Usaha dan Produktivitas

Kebiasaan meminta hadiah dengan cara sadbor menanamkan kesan bahwa kesuksesan dan dukungan bisa datang tanpa harus berusaha. Hal ini berisiko merusak nilai usaha dan produktivitas, terutama bagi pengguna muda yang sedang membentuk karakter dan cara pandang mereka terhadap pekerjaan dan hidup.

Alih-alih terinspirasi untuk menciptakan konten kreatif atau mengembangkan keterampilan, banyak yang justru terjebak dalam cara berpikir instan.

Sadbor juga bisa merusak etos kerja di kalangan penonton, yang akhirnya melihat hadiah sebagai bentuk penghargaan atas “kesedihan,” bukan atas usaha atau pencapaian nyata. Ini menggeser makna penghargaan dari sesuatu yang berharga ke sesuatu yang mudah diperoleh dengan taktik emosional.

Potensi Menurunkan Kualitas Konten di Media Sosial

Dengan semakin banyaknya kreator yang melakukan sadbor demi menarik penonton, kualitas konten di media sosial berpotensi menurun.

Alih-alih menampilkan konten yang informatif, inspiratif, atau menghibur, fokus beralih ke konten yang memanfaatkan sisi emosional penonton.

Akibatnya, penonton tidak hanya menghabiskan waktu pada konten yang minim nilai, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi atau hiburan yang lebih berkualitas.

Mendorong Budaya Mengemis Digital di Kalangan Generasi Muda

Fenomena sadbor mencerminkan budaya baru yang disebut sebagai “mengemis digital.” Dalam konteks ini, mengemis tidak lagi dilakukan di jalanan, melainkan di layar ponsel.

Dengan berbekal koneksi internet, siapapun kini bisa mempraktikkan gaya mengemis versi modern ini, yang meski terlihat berbeda dari mengemis konvensional, namun tetap menanamkan kebiasaan yang sama: memperoleh sesuatu tanpa memberikan timbal balik yang jelas.

Generasi muda yang terpapar fenomena ini berisiko menyerap perilaku yang kurang ideal bagi perkembangan karakter mereka. Mengemis digital seperti sadbor memberi pesan bahwa “kesedihan” adalah alat untuk mencapai tujuan, suatu hal yang dapat mengikis rasa percaya diri serta kemampuan mengatasi tantangan secara mandiri.

Facebook Comments Box

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *