Menjadi orang tua yang bijaksana adalah sebuah perjalanan panjang yang memerlukan pemahaman, kesabaran, dan keterampilan. Dalam neuroparenting, pendekatan ini didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana otak anak bekerja, serta pentingnya komunikasi yang positif antara orang tua dan anak. Dr. Aisyah Dahlan, CHt., melalui kajiannya tentang neuroparenting, membahas langkah-langkah penting untuk menjadi orang tua bijak yang dapat memahami anak secara efektif.
Mengapa Seni Menegur Itu Penting?
Salah satu poin utama dalam kajian neuroparenting adalah seni menegur anak. Menurut Dr. Aisyah, menegur adalah bagian tak terpisahkan dari mendidik, namun harus dilakukan dengan seni agar anak merasa tersentuh, bukan tersinggung. Teguran yang salah dapat merusak hubungan emosional antara orang tua dan anak serta menanamkan perasaan negatif pada anak.
Langkah-langkah Menegur yang Bijak
- Berikan Peraturan Terlebih Dahulu
Sebelum menegur, pastikan anak memahami aturan yang telah ditetapkan. Contohnya, jika anak pulang terlambat, pastikan sebelumnya sudah ada kesepakatan tentang jam pulang. Hal ini mencegah kebingungan dan kesalahpahaman. - Fokus pada Perilaku, Bukan Pelaku
Tegurlah perilaku negatif anak, bukan pribadinya. Misalnya, ucapkan, “Nak, tadi membuang sampah sembarangan itu tidak baik,” daripada mengatakan, “Kamu ini malas!” Fokus pada tindakan membuat anak merasa dihargai sebagai individu. - Gunakan Teknik Teguran 1 Menit
Teguran sebaiknya singkat, maksimal satu menit, dan terbagi menjadi dua bagian:- 30 detik pertama untuk menyampaikan teguran atas perilaku yang keliru.
- 30 detik berikutnya untuk memuji perilaku baik anak yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pengaruh Kata-kata Orang Tua pada Anak
Dr. Aisyah menekankan pentingnya menjaga ucapan orang tua, karena setiap kata dapat memengaruhi cara kerja otak anak. Label negatif seperti “bodoh” atau “nakal” dapat tertanam di memori anak dan membentuk citra diri negatif. Sebaliknya, ucapan positif seperti “kamu pintar” dapat memotivasi anak untuk percaya diri dan berperilaku lebih baik.
Mengelola Kesalahan Orang Tua
Tidak ada orang tua yang sempurna. Dr. Aisyah mengingatkan bahwa kesalahan dalam mendidik anak adalah hal yang wajar, terutama jika pernikahan terjadi di usia muda di mana wawasan dan pengalaman masih minim. Oleh karena itu, penting untuk:
- Memaafkan Diri Sendiri
Gantilah rasa bersalah dengan rasa kurang yang bisa diperbaiki melalui belajar. - Minta Maaf kepada Anak
Jika orang tua pernah melakukan kesalahan, minta maaf kepada anak dengan tulus. Hal ini tidak akan membuat anak “ngelunjak,” melainkan akan belajar menghormati orang tua dan meniru tindakan tersebut di kemudian hari.
Memanfaatkan Sistem Saraf untuk Pendidikan Positif
Dalam neuroparenting, sistem saraf berperan penting dalam pembentukan kebiasaan dan perilaku. Ketika orang tua sering mengulang kata-kata positif, pesan tersebut akan tertanam di otak anak dan memengaruhi perilakunya. Misalnya, ucapkan secara rutin, “Kamu anak yang rajin dan hebat,” sehingga anak merasa termotivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
Teknik Komunikasi Efektif dengan Anak
- Berbicara dengan Nada Lembut
Nada suara yang tenang dan lembut membuat anak lebih reseptif terhadap pesan yang disampaikan. - Hindari Memberi Perintah Berulang Kali
Berbicara terlalu banyak atau mengulang perintah berkali-kali bisa membuat anak merasa tidak dihargai. Sebaliknya, sampaikan pesan dengan jelas dan singkat. - Berikan Apresiasi Rutin
Apresiasi kecil seperti ucapan “terima kasih” atau “hebat sekali” sangat berarti bagi anak dan memperkuat hubungan emosional.
Pola Asuh Kolonial versus Milenial
Dr. Aisyah juga menyoroti perbedaan antara pola asuh kolonial dan milenial. Orang tua zaman dulu lebih sering menggunakan pendekatan otoriter, sementara anak-anak generasi milenial cenderung membutuhkan komunikasi yang lebih terbuka. Oleh karena itu, orang tua harus beradaptasi dengan gaya mendidik yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Melatih Kesabaran sebagai Orang Tua
Kesabaran adalah kunci dalam mendidik anak. Orang tua yang sabar akan lebih mampu menghadapi tantangan tanpa kehilangan kendali. Dalam Islam, kesabaran juga merupakan bagian dari ibadah yang mendatangkan pahala.
Kesimpulan
Neuroparenting menawarkan pendekatan baru dalam mendidik anak dengan memanfaatkan pemahaman tentang sistem saraf dan komunikasi yang positif. Seni menegur, memberikan pujian, serta menjaga ucapan adalah elemen penting dalam membangun hubungan yang sehat dengan anak. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.