Imposter Syndrome Meragukan Diri di Tengah Kesuksesan

Ada momen ketika semua tampak berjalan baik. Pekerjaan terselesaikan dengan hasil memuaskan, pujian berdatangan dari atasan atau rekan kerja
Ada momen ketika semua tampak berjalan baik. Pekerjaan terselesaikan dengan hasil memuaskan, pujian berdatangan dari atasan atau rekan kerja

Halo Sobat Masrizky.id, berjumpa lagi ya di blog yang sama, dalam kesempatan kali ini admin akan berbagi informasi terbaru terkait Imposter Syndrome.

Ada momen ketika semua tampak berjalan baik. Pekerjaan terselesaikan dengan hasil memuaskan, pujian berdatangan dari atasan atau rekan kerja, dan target yang sudah lama dikejar akhirnya tercapai. Namun di balik semua itu, ada bisikan kecil yang mengatakan, “Aku tidak pantas berada di sini. Ini semua hanya keberuntungan.”

Read More

Jika pernah merasakan hal seperti itu, tenang saja, tidak sendiri. Perasaan tersebut dikenal dengan istilah Imposter Syndrome, sebuah kondisi yang membuat seseorang merasa tidak cukup baik, bahkan ketika bukti nyata menunjukkan sebaliknya.

Ini adalah perasaan yang menghantui banyak orang, membuat mereka meragukan kemampuan diri, seolah semua pencapaian yang diraih hanya sebuah kebetulan belaka.

Menjelajahi Rasa Ragu Diri

Bagi banyak orang, Imposter Syndrome terasa seperti perang batin yang tak berkesudahan. Di satu sisi, dunia luar melihat seseorang sebagai pribadi yang kompeten, pekerja keras, atau bahkan berbakat. Tapi di sisi lain, orang tersebut merasa dirinya hanya berpura-pura, dan suatu saat semua orang akan menyadari kelemahannya.

Rasa ini sering muncul dalam momen-momen besar: naik jabatan, mendapat penghargaan, atau saat dipercaya memimpin sebuah proyek besar. Alih-alih menikmati keberhasilan, pikiran justru dipenuhi kecemasan, “Bagaimana jika nanti aku gagal? Bagaimana kalau mereka sadar aku tidak sehebat yang mereka pikirkan?”

Bagi sebagian orang, perasaan seperti ini muncul sejak lama, mungkin sejak masa sekolah. Ada harapan tinggi dari lingkungan, tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik, atau kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Ketika hasil yang diharapkan tercapai, rasa lega berubah menjadi keraguan—apakah keberhasilan itu benar-benar karena kemampuan atau hanya kebetulan?

Lingkaran yang Sulit Diputuskan

Apa yang membuat Imposter Syndrome sulit dihadapi adalah sifatnya yang seperti lingkaran. Ketika rasa ragu muncul, seseorang cenderung berusaha keras untuk membuktikan dirinya. Hasilnya, keberhasilan lain diraih, tapi perasaan “tidak cukup baik” tetap ada. Pola ini terus berulang, membuat seseorang terjebak dalam siklus kerja keras yang tidak pernah terasa cukup.

Perfeksionisme sering kali menjadi bagian dari masalah ini. Ketika standar terlalu tinggi, pencapaian apa pun rasanya tidak pernah memuaskan. Bahkan, beberapa orang mulai menghindari tantangan baru karena takut gagal, memilih tetap berada di zona nyaman untuk menghindari risiko mempermalukan diri sendiri.

Yang lebih rumit lagi, orang-orang dengan Imposter Syndrome sering menolak berbagi tentang perasaan ini. Mereka khawatir dianggap lemah, sehingga memilih menyimpan semuanya sendiri. Padahal, berbicara tentang keraguan diri justru bisa menjadi langkah awal untuk melepaskan beban tersebut.

Kenangan tentang Maya

Satu cerita menarik, Sebut saja Maya, yang bekerja sebagai arsitek di sebuah firma besar. Dia selalu menjadi pusat perhatian di lingkungan kerjanya karena ide-idenya yang brilian. Tapi di setiap obrolan santai, Maya sering berkata, “Aku nggak tahu kenapa mereka terus-terusan mempercayakan proyek besar ke aku. Aku cuma beruntung aja.”

Pernah suatu kali Maya menangani sebuah proyek besar untuk perusahaan internasional. Saat semua orang kagum dengan hasilnya, dia justru mengaku sempat menangis sendirian malam sebelumnya karena takut mengecewakan timnya. Bagi Maya, keberhasilannya bukanlah bukti dari kemampuan, melainkan sesuatu yang didapat “karena kebetulan saja situasinya mendukung.”

Apa yang dialami Maya mencerminkan bagaimana Imposter Syndrome tidak mengenal batas. Bahkan orang-orang yang terlihat sukses sekalipun bisa merasa bahwa mereka tidak layak mendapatkan apa yang sudah mereka capai.

Belajar Berdamai dengan Keraguan

Banyak orang menghabiskan waktu bertahun-tahun hidup dengan Imposter Syndrome, tanpa menyadari bahwa sebenarnya perasaan itu bisa dikelola. Tapi prosesnya memang tidak sederhana.

Mungkin tidak semua orang sadar bahwa rasa ragu diri itu sering kali tidak berakar pada kenyataan. Ia lebih menyerupai cermin yang memantulkan bayangan distorsi, membuat seseorang fokus pada kelemahan kecil dan mengabaikan kekuatan besar yang dimilikinya.

Saat berbicara dengan orang-orang yang pernah mengalami hal ini, ada satu hal yang menarik. Kebanyakan dari mereka akhirnya menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar “siap” untuk segala hal. Semua orang, di titik tertentu, belajar sambil berjalan. Dan itu bukan kelemahan, melainkan bagian alami dari perjalanan manusia.

Misalnya, seorang musisi terkenal pernah bercerita bahwa meski sudah tampil di panggung selama puluhan tahun, ia masih sering merasa gugup dan takut salah. Tapi alih-alih membiarkan rasa itu melumpuhkannya, ia memilih melihatnya sebagai tanda bahwa ia benar-benar peduli dengan apa yang dilakukannya.

Kesadaran yang Menguatkan

Terkadang, untuk keluar dari bayang-bayang Imposter Syndrome, langkah kecil sudah cukup. Misalnya, meluangkan waktu untuk mengingat kembali apa saja yang sudah dicapai. Bukan hanya tentang penghargaan atau jabatan, tetapi juga hal-hal sederhana seperti berhasil menyelesaikan tugas sulit atau membantu rekan kerja.

Menyadari bahwa kesuksesan tidak datang secara kebetulan adalah proses yang memerlukan waktu. Tapi seiring berjalannya waktu, suara-suara ragu dalam kepala bisa mulai dilembutkan.

Mungkin, setiap kali merasa tidak cukup baik, ada baiknya mengingat satu hal sederhana: tidak perlu menjadi sempurna untuk menjadi layak. Setiap langkah maju, sekecil apa pun, adalah bukti bahwa perjalanan menuju diri yang lebih baik sedang berlangsung.

Facebook Comments Box

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *