Manusia secara naluriah memiliki keinginan untuk merasa yakin dan aman. Kita mendambakan kepastian dan berusaha meminimalkan risiko dalam berbagai aspek kehidupan. Baik dalam mengambil keputusan karier, berinvestasi, maupun memilih pendidikan terbaik untuk anak-anak, kita cenderung bertanya banyak hal sebelum mengambil keputusan. Sifat hati-hati ini mencerminkan kebutuhan mendalam kita untuk memastikan masa depan yang aman dan sejahtera.
Namun, kenyataan hidup mengajarkan bahwa tidak ada perencanaan yang mampu menjamin kepastian mutlak. Hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan sering kali, meskipun kita telah berusaha sebaik mungkin, hasilnya tetap berada di luar kendali kita. Islam mengajarkan konsep tawakkul—berserah diri kepada Allah. Sebesar apa pun usaha kita dalam merancang masa depan, hasil akhirnya tetap berada dalam kekuasaan-Nya. Sebaliknya, ada kalanya situasi yang tampak suram justru membawa kesuksesan dan perubahan besar dalam hidup kita.
Hikmah Ilahi dalam Keadaan Tak Terduga
Al-Qur’an dan hadis Nabi dipenuhi dengan kisah-kisah yang menunjukkan bahwa keadaan yang tampak buruk sering kali menjadi jalan menuju sesuatu yang lebih baik. Ambillah contoh kisah Nabi Musa (AS), yang ketika masih bayi diletakkan dalam sebuah peti dan dihanyutkan di sungai. Bagi yang melihatnya, ini mungkin tampak seperti tindakan keputusasaan, bukan sebuah strategi. Namun, justru peristiwa ini menjadi awal dari kehancuran kekuasaan Fir’aun dan pembebasan Bani Israil dari penindasan.
Demikian pula dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali kita merasa khawatir akan masa depan anak-anak kita—apakah mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang beriman, berakhlak baik, dan sukses di dunia serta akhirat. Orang tua berusaha sekuat tenaga memberikan pendidikan terbaik dan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak mereka. Namun, pada akhirnya, petunjuk dan kesuksesan seorang anak tetap berada dalam kehendak Allah. Bahkan usaha terbaik sekalipun belum tentu membuahkan hasil yang diharapkan.
Ilusi Kendali
Pelajaran penting dari ajaran Islam adalah bahwa tidak ada seorang pun, bahkan mereka yang paling saleh sekalipun, yang memiliki kendali penuh atas hidayah. Nabi Nuh (AS), meskipun menjadi rasul yang dihormati, tidak mampu membimbing putranya untuk menerima kebenaran. Nabi Ya’qub (AS), yang penuh hikmah, tetap harus menghadapi kenyataan bahwa anak-anaknya pernah tersesat dalam perilaku yang salah. Bahkan Nabi Muhammad (SAW), manusia terbaik yang pernah ada, mengingatkan putrinya, Fatimah (RA), bahwa ia harus mencari keselamatan untuk dirinya sendiri karena beliau tidak memiliki kuasa atas nasib siapa pun di Hari Kiamat.
Kisah-kisah ini mengingatkan kita bahwa tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin, tetapi hasil akhirnya berada dalam kehendak Allah. Kita harus menciptakan kesempatan dan lingkungan yang mendukung keberkahan, tetapi kita tidak boleh terjebak dalam anggapan bahwa kita dapat mengontrol segalanya.
Akibat dari Melalaikan Shalat
Salah satu tanda generasi yang mengalami kemunduran, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, adalah ketika mereka mulai melalaikan shalat. Allah tidak hanya menyebutkan tentang meninggalkan shalat, tetapi juga menyia-nyiakannya. Ini menunjukkan bahwa ada orang yang masih melaksanakan shalat, tetapi tanpa kekhusyukan dan tanpa makna yang mendalam.
Shalat bukan sekadar ritual, tetapi sebuah pengalaman spiritual yang memperkuat iman kita. Ketika dilakukan dengan kesadaran penuh, shalat dapat merendahkan hati, meningkatkan disiplin diri, dan memberikan ketenangan dalam menghadapi tantangan hidup. Al-Qur’an mencatat bahwa umat-umat terdahulu yang mulai melalaikan shalat akhirnya menyimpang dari jalan yang benar dan mengalami kehancuran spiritual.
Seruan untuk Menguatkan Keimanan
Kita hidup di zaman yang penuh dengan distraksi, ketidakpastian, dan ilusi kendali atas hidup kita. Kunci keberhasilan dalam menghadapi kehidupan ini adalah dengan menanamkan kepercayaan kepada Allah sambil tetap berusaha dengan sungguh-sungguh. Dengan memperkuat shalat, membina keimanan dalam keluarga, dan memahami bahwa kebijaksanaan Allah jauh melampaui rencana manusia, kita dapat menemukan ketenangan dalam menghadapi segala ketidakpastian.
Marilah kita berusaha untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta, fokus pada apa yang bisa kita lakukan, dan menyerahkan hasil akhirnya kepada-Nya. Kesuksesan sejati terletak pada kesadaran bahwa kita adalah hamba Allah, dan hanya Dia yang memiliki kuasa atas segala sesuatu dalam hidup kita.